<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8027779\x26blogName\x3dlove+of+my+life+two...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://enno2.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://enno2.blogspot.com/\x26vt\x3d-9098198101657442649', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, March 16, 2005


Image hosted by Photobucket.com
:: kanopi wartel tempat aku dan kedua orang tuaku bergantungan
 
saat ini @ 4:07 PM, | 0 comments

Tuesday, March 15, 2005
-- Part one --

Minggu pagi itu...
Perut bumi tiba2 bergejolak. Goncangan itu tidak seperti yang sudah-sudah, 8,9 Skala richter. Semua orang berhamburan keluar rumah dan duduk di jalanan aspal yang masih panas krn terik mentari pagi yg menyapa banda aceh..
10 menit suasana panik tetap tak membuat orang2 berpikir akan terjadi sesuatu yang Maha Dahsyat!! sesaat goncangan berhenti, dan orang2 masih sempat masuk ke rumahnya untuk memeriksa keadaan didalam rumah pasca goncangan itu, tapi sayup2 terdengar "Air..Air..Air laut naik!!" . orang2 berlarian tak tentu arah hanya sekedar memastikan dirinya tak diam ditempat apabila air laut yg dikatakan orang2 itu benar2 naik dan meluap ke dalam kota.

Dengan goncangan yang masih terus mewarnai suasana panik, aku meraih tangan kedua orang tuaku..mama ditangan kananku dan papa di sisi kiriku, yang terpikir saat itu hanya bagaimana caranya aku bsia membawa kedua orang tuaku berlari menghindari air laut yg sudah mengejar dari arah belakang kami. Sempat aku menggulurkan tangan utk minta tumpangan mobil tetangga yang lewat dihadapanku, tapi dengan serta merta dia cuma bilang "Tidak boleh!!" seketika itu kulihat gurat kesedihan diwajah mama..lalu aku berusaha menenangkannya "sudahlah ma..kita lari saja, mudah2an kita selamat" dan akhirnya setelah aku berlari dari lorong rumahku menuju jalan raya sejauh 400 meter, aku tak kuasa melihat gulungan awan hitam yang tepat menghadang di depanku...seolah langit mendung dan akan hujan, tapi...ternyata itu adalah air laut yg dikatakan orang tadi!! aku tak bisa lagi menebak2 setinggi apa air itu karena sejauh mata memandang semua tampak hitam. Secepat kilat aku menepi ke arah pinggir bangunan wartel dan membawa orang tuaku untuk bergantung di kanopi jendela wartel itu. Masih terbayang dalam ingatanku tangan mama disampingku saat kami bergantungan dna saling berpandangan...seketika air itu menggulung2 dan membuatku tenggelam tak sadarkan diri setelah beberapa saat merasakan air lumpur dan penuh oli yang memenuhi rongga leher ini...Saat sadarkan diri aku sudah berada di atap seng, dan sekelebat aku melihat sosok yg kukenal, "papa !!" aku berteriak dan beliaupun segera menarik tanganku meski fisiknya tidak begitu kuat. "Mama mana pa....?? Mama mana??" sambil menangis aku berusaha utk meraih tangan mamaku dibawah atap tempat aku berdiri saat itu. Tapi Tuhan berkehendak lain..tiba2 di depanku gelombang air akan segera menghantam kami untuk ke 2 kalinya..aku tak kuasa, dengan limbung aku menarik tangan papa untuk segera lompat ke atap lantai 2 rumah warga.

"Allah huakbar!! Allah Huakbar!!.." "Lailah Haillallah..." "Astaghfirullah..." berbagai kalimat memuja Allah berkumandang dilangit..apakah ini azab karena dosa2 kami Ya Allah?? apakah ini hari penghabisan yg ada di kitab-Mu? apakah hari sudah kiamat??
Berbagai rintihan akibat luka2 terngiang di angkasa..sebagian orang masih berusaha utk melompat ke area yang lebih tinggi lagi...bahkan tak sedikit yang saling sikut. Aku dan papa tetap bertahan di atap hingga 3 jam, aku tak tega melihat mata papa yang nanar dan menerawang seolah dia yakin ada mama diantara orang2 yang berserakan dimana2..dia meraih tangan kananku dan menciumnya..tanpa sepatah kata..hanya butiran bening yang bisa memberi makna apa yg ada didalam hati dan pikirannya saat itu... Dadaku terasa sesak..ingin aku menjerit..tapi aku tersadar, aku tidak boleh rapuh..karena nasib papa sekarang ada ditanganku!! ya..karena kondisi fisik beliau yg sdh tidak kuat lagi..kalau aku lemah lalu siapa yg akan membawanya keluar dari tempat ini?? hanya itu yg ada dibenakku saat itu..aku hrs tetap hidup utk papa..!!

Dengan sigap aku membawa papa menyeberangi atap2 rumah satu persatu .. hingga akhirnya kami tiba diatas atap bangunan ruko dipinggir jalan..dengan mendobrak plafon akhirnya aku dan papa beserta bbrp orang lain yg selamat berhasil masuk ke dalam bangunan itu utk dapat duduk dan rehat sebentar. Seluruh tubuhku penuh luka dan memar..perut yg blm sempat terisi makanan pagi itu..ditambah lagi kepanikan yang meraja. Lengkap semua.
Setelah dudukpun kami blm bisa berehat,masih diguncang gempa terus menerus..seakan bumi akan segera terbelah dan kiamat yang sebenarnyapun akan terjadi.

Dari jendela ruko aku menatap nanar area itu yg hancur luluh lantak hanya dalam hitungan menit!! tiba2 aku melihat sosok yg sangat aku kenal berjalan menuju ke arah tempat tinggalku..ya!! itu kan bang aji!! tanpa pikir panjang lagi aku segera berteriak hingga dia tau dimana posisi aku dan papa saat itu. Tangisku pecah di dadanya.."Mama...Mama bang..." "Mama hilang..." suasana harupun tak terelakkan, karena bang aji begitu dekat dgn mama..dia berusaha tegar, aku tau itu!!
 
saat ini @ 2:57 PM, | 0 comments